PROFILE

IBU ROHANI

Santa Yulia Billiart

          Santa Yulia Billiart adalah seorang perempuan yang membenamkan hidupnya dalam lautan cinta dan kebaikan Tuhan. Dia memilih untuk menghabiskan hidupnya dengan terus peduli kepada orang-orang miskin dan menderita.

           Santa Yulia Billiart lahir pada 12 Juli 1751 di Cuvilly, Perancis. Ia dibaptis pada hari itu juga dengan nama Marie Rose Julie Billiart. Berasal dari keluarga sederhana, Yulia menghabiskan masa kanak-kanak di sebidang tanah milik keluarga yang tidak luas. Sang ayah bekerja sebagai penjual kain di toko gorden. Selain kain, keluarga itu juga menjual aneka peralatan rumah tangga bagi warga desa. 

           Yulia hidup dengan taburan kasih dari keluarganya. Dia perempuan yang penuh dengan ketenangan walaupun beragam penderitaan terus mendera hidupnya.
          Masa kecil Yulia bisa dikatakan bahagia. Dia tergolong anak yang pintar, tanggap, logis, dan menyadari kasih Allah yang tercurah bagi keluarga, alam sekitar, dan orang-orang yang membentuk hidupnya. 
         Dalam usia dini, ia telah belajar katekismus, mengumpulkan anak-anak miskin yang tidak dapat sekolah, dan mengajar mereka membaca dan menulis. Selain itu, Yulia pun mengajar mereka tentang Tuhan dan perkara-perkara rohani. Dia  selalu berupaya mencari cara untuk membantu orang miskin dan terkenal sebagai seorang pendoa. 
          Ketika menginjak usia belasan tahun, keluarga Yulia jatuh miskin. Kemiskinan itu pula yang membawa tragedi kematian bagi beberapa saudara sekandung Yulia. Pada masa yang masih belia, Yulia harus pergi bekerja untuk menolong keluarganya.
         Pada tahun 1782, Yulia mengalami kelumpuhan total di usia 23 tahun. Kelumpuhan itu terutama akibat trauma ketika bongkahan batu besar jatuh di dekat kaki Yulia. Lemparan batu melalui jendela toko ayahnya itu juga disertai letusan tembakan.
        Selanjutnya, Yulia menghabiskan lebih dari 22 tahun waktunya di tempat tidur. Karena tidak dapat melayani diri sendiri, dia mengandalkan uluran tangan orang lain. Namun hal tersebut tidak melumpuhkan kegiatannya untuk mengajar katekismus, mengunjungi orang sakit, dan sering kali menunggu orang yang akan meninggal. 

         Dengan kondisi fisiknya yang lumpuh, Yulia sempat memberi perlindungan bagi imam-imam yang dikejar-kejar pada saat bergulirnya revolusi Perancis. Sikapnya yang berani dalam melindungi iman Katolik menumbuhkan kebencian di hati orang-orang revolusioner. Yulia kemudian hidup dalam ancaman, pengejaran, dan berpindah-pindah. 
         Melalui masa penderitaanya, Yulia selalu mempercayakan diri pada perlindungan Tuhan yang mahabaik. Dia melewati masa-masa pengungsiaan dengan didampingi oleh kemenakannya, Felisite. Yulia juga mendapat perlindungan dari seorang bangsawan Gournoy-sur Aronde. Dalam pengungsian, dia bertemu anak bangsawan Gournoy-sur, Françoise Blin de Bourdon yang akhirnya menjadi sahabatnya dan bersama-sama menjadi Suster-suster Notre Dame. 
         Sesudah kerusuhan revolusi mulai mereda dan orang dapat hidup dengan bebas sebagai umat Katolik lagi, Yulia dan teman-temanya mulai mengajar katekese. Yulia bahkan menjadi “ibu” dari sebuah komunitas religius yang telah muncul pascarevolusi. 
          Pada 2 Februari 1804, Yulia dan dua teman dekatnya Françoise Blin de Bourdon dan Catherine Duchatel mengucapkan kaul kemurnian. Mereka berjanji untuk membaktikan diri dalam pendidikan gratis bagi orang miskin, menerima peraturan pendek (konstitusi), dan mengambil nama Suster-suster Notre Dame. Beberapa bulan berikutnya, tepatnya pada 1 Juni 1805, Yulia, Françoise dan suster lainnya mengucapkan kaul pertama mereka: kemiskinan, kemurnian dan ketaatan di Amiens, Perancis.
          Keadaan berubah menjadi sulit ketika Uskup Amiens yang awalnya menerima kehadiran Yulia, tetapi kemudian mengusirnya. Yulia dan para suster yang memilih pergi bersamanya diterima oleh Uskup Namur di Belgia dan mereka diperbolehkan mendirikan rumah induk baru di sana. Sejak saat itu mereka dikenal dengan nama Suster-suster Notre Dame Namur / SND de Namur.
         Semangat dan kharisma Yulia juga pengaruh Suster-suster Notre Dame Amersfoort, Nederland atau Suster SPM ini merupakan perkembangan dari Suster-suster Notre Dame, Namur, sebagai satu kongregasi yaitu Suster-suster Notre Dame, dimana kemudian berkembang satu lagi di Coesfeld, Germany dengan nama  Suster-suster Notre Dame, Coesfeld / Suster SND, Coesfeld.
          Kongregasi terus berkembang dengan banyak panggilan dan lahirnya komunitas-komunitas baru. Semangat Kongregasi Notre Dame yang diresapi oleh iman Yulia serta cinta kasihnya telah menjangkau setiap orang dalam perasaan mendalam akan kebaikan Allah. “Oh betapa baik-Nya Tuhan yang mahabaik!” menjadi semboyan Yulia yang terus menerus mendasarkan hidupnya pada salib dan penderitaan. Pada tahun 1969 Yulia menyandang gelar Santa dari Gereja Katolik. 
          Santa Yulia mengajak kita untuk melanjutkan misinya di dunia ini dengan kepedulian terhadap penderitaan dan kebutuhan sesama terutama mereka yang miskin dan terpinggirkan.